Tepatnya kemarin, 26 Februari 2018, gue gak tau apakah sejarah akan mencatat hari ini atau tidak, yang jelas, gue akan mengukir indah kenangan hari ini di dalam deretan memori yang bersarang di hati dan pikiran gue. Hari kemarin adalah hari yang berat, baik buat gue maupun dia. Ketika kami dihadapkan antara dua pilihan yaitu bertahan pada komitmen yang sejak pertama sudah dia ikrarkan ke gue atau terjebak dalam tipuan sesaat dunia yang fana. Kami berdua hari itu bagaikan berperang, melawan musuh terbesar manusia yang sampai hari terakhir hidup di dunia akan selalu menjadi perang yang abadi, yaitu desire.
Gue memilih kata desire karena lebih pantas aja ketimbang bahasa Indonesianya yang terkesan lebih vulgar jika gue tulis di blog ecek-ecek ini yang sebenernya level explicit content sih, tapi tetep aja I don't like the original word for it in Bahasa. Desire terkesan lebih elegan dan mewah parah aja buat gue. Kemarin itu, gue merasa jadi cewek paling bahagia banget (di akhir sih gue merasanya) karena gue baru merasa benar-benar disayangi ketika itu. Dia, benar-benar menyayangi gue dan melindungi gue dan gu harap semua ini bukan hanya mimpi dan akan terus berlanjut sampai akhir nanti.
Gue memilih kata desire karena lebih pantas aja ketimbang bahasa Indonesianya yang terkesan lebih vulgar jika gue tulis di blog ecek-ecek ini yang sebenernya level explicit content sih, tapi tetep aja I don't like the original word for it in Bahasa. Desire terkesan lebih elegan dan mewah parah aja buat gue. Kemarin itu, gue merasa jadi cewek paling bahagia banget (di akhir sih gue merasanya) karena gue baru merasa benar-benar disayangi ketika itu. Dia, benar-benar menyayangi gue dan melindungi gue dan gu harap semua ini bukan hanya mimpi dan akan terus berlanjut sampai akhir nanti.
0 comments:
Post a Comment